Yogyakarta, CyberNews. Banyak orang di masa pendidikan
dasar dan menengah sangat membenci pelajaran matematika, bahkan sampai saat
inipun masih banyak dijumpai siswa yang takut terhadap palajaran
matematika.
Hal itu ditandaskan oleh guru besar bidang Teknologi Pendidikan
Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Penetahuan Alam (FMIPA) UNY
Prof Dr Rusgianto Heri Santosa, ketika menyampaikan pidato pengukuhannya
sebagai guru besar di UNY, di penghujung tahun 2008.
Menurut Prof Rusgianto, pada proses
belajar matematika di sekolah, guru cenderung melakukan 3 hal yaitu guru
menuliskan definisi atau teorema beserta buktinya di papan tulis,
dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut dalam menyelesaikan soal,
sementara siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh penyelesaian
soal yang diberikan.
Atau guru menuliskan soal-soal di
papan tulis dan siswa diminta mengerjakan, dan ketiga guru meminta siswa
untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis.
Kondisi demikian bagi siswa yang
pandai tidak merupakan masalah, tetapi bagi siswa yang kurang memiliki
kompetensi matematika atau membenci matematika, keikutsertaannya dalam
proses belajar mengajar dalam kondisi seperti itu tidak menyenangkan.
''Apalagi jika siswa yang demikian diminta guru untuk menyelesaikan soal di
papan tulis, keluar keringat dingin seolah-olah mau pingsan,'' ujarnya.
Karena itulah, lanjut Prof
Rusgianto, perbaikan prestasi belajar matematika utamanya di sekolah, perlu
dilakukan oleh guru melalui perbaikan sikap siswa terhadap matematika, dan
perbaikan kondisi yang mendukung peningkatan kecerdasan emosional
menggunakan strategi tertentu dalam mengelola pembelajaran.
http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=20382
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar